Senin, 10 November 2014

(CHAPTER 2) ANOTHER SEASON


(Chapter 2) Another Session
Main Cast :
-Kang Moonah
-Kang Sunah
-Teen Top Member
-Other
Genre : Romance, Family, School Life

***

Moonah selalu meluangkan waktunya untuk duduk dan membaca sebuah buku di perpustakaan. Ia memiliki kursi spesial yang selalu tuju jika pergi ke perpustakaan. Kursi kesukaannya berada tepat di sisi jendela yang menghadap ke lapangan sekolah. Moonah senang duduk disana karena ia dapat melihat ke arak luar sembari membaca, dan ia mendapatkan banyak sinar matahari ketika ia duduk disana.
Pergi ke perpustakaan sekolah sudah menjadi kebiasaan Moonah belakangan ini. Ia harus menunggu Sunah yang selalu menyelesaikan kelasnya lebih lama darinya, maka dari itu ia memilih untuk pergi ke perpustakaan sembari menunggu saudaranya itu.
Biasanya Moonah tidak sendiri, ada Ricky yang menemaninya belajar atau Minsoo yang terkadang ke perpustakaan untuk sekedar tidur. Tapi hari ini Ricky harus pulang lebih awal, sedangkan Minsoo, ia memang tak pernah datang ke perpustakaan setiap hari rabu dan jumat. Moonah memang tidak dekat dengan Minsoo, tapi dia tertarik untuk memperhatikan tingkah Minsoo yang aneh dan misterius. Moonah sering melihat Minsoo tertidur di berbgai tempat, bahkan di kantin sekalipun. Ia heran kenapa Minsoo selalu mengantuk. Moonah pernah bertanya pada Ricky kenapa hyungnya bisa seperti itu, dan Ricky hanya menjawab kalau Hyungnya itu makhluk nopturnal.
Moonah sudah menyelesaikan lima halaman novel yang sedang ia baca, dan entah kenapa ia merasa bosan dengan novel tersebut. ia berhenti sejenak dan memandang ke arah luar. Seperti bisanya, setiap melihat kelapangan pada jam segini, ia akan menemukan keriuhan siswa yang mengikuti ekstra atau hanya menghabiskan waktu mereka bermain. Dan ia akan melihat Niel disana, sibuk berlarian ke setiap sudut lapangan sambil memperebutkan bola. Niel orang yang baik walaupun terkadang sangat menyebalkan.
Moonah memeriksa Hp-nya yang bergetar. Ada sebuah pesan dari Sunah disana. Ia meminta agar Moonah pulang lebih dulu, karena ada urusan yang membuatnya pulang terlambat. Ia juga meminta Sunah memberitahu keluarga mereka.
Dengan enggan Moonah bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah rak-rak buku yang berjejer. Ia meletakkan kembali buku yang belum selesai ia baca ketempat buku itu ia temukan.
***
Sebelum pulang Moonah memutuskan untuk berkeliling sekolah. Ia belum sempat menjelajahi sekolah barunya, tepatnya sekolah pertamanya. Ia tidak pernah bersekolah sebelumnya, berbeda dengan Sunah saudaranya. Tubuh Moonah yang lemah membuat ayahnya berpikir dua kali untuk membiarkan Moonah untuk keluar rumah.
Lagi pula ini kesempatan Moonah untuk mencoba pergi sendiri. Biasanya ia terlalu takut bila harus berjalan sendirian, maka dari itu ia hanya bisa mengandalkan saudaranya itu untuk menemaninya.
Tempat pertama yang Moonah tuju adalah gedung selatan. Ia ingin  melihat sesorang disana. Namja yang sedang melukis itu, namja dengan lukisan yang indah. Dengan tidak sabar moonah mempercepat langkahnya.
Lorong gedung ini terasa sepi, tapi Moonah yakin ruangan di balik pintu dan jendela yang berjejer ini pastilah penuh dengan orang-orang yang menikmati masa sekolahnya. Moonah mulai memperlambat langkahnya dan saat ia sampai di depan ruangan yang ia tuju, ia menghentikan langkahnya di depan daun pintu. Dengan sedikit perasaan takut-takut Moonah mengintip lewat pintu yang terbuka.
Lagu yang sama mengalun lembut mengisi ruangan itu, dan dengan jelas Moonah dapat mendengar suara dua namja sedang berbincang. Mereka terdengar sangat akrab, dengan pembicaraan yang Moonah tidak mengerti. Moonah ingin melihat lebih jelas siapa kedua namja tersebut, jadi Moonah sedikit menjulurkan kepalanya hingga ia dapat melihat dengan jelas.
“Nuguseyo?” seru salah satu namja yang menyadari kehadiran Moonah.
Namja itu bangun dari duduknya dan berjalan kearah Moonah. Moonah langsung panik dan terjatuh karena tidak bisa mempertahankan keseimbangannya. Ia merasakan nyeri di lutut dan telapak tangannya. Tapi ia lebih merasa malu karena ketahuan mengintip sehingga rasa sakitnya ia abaikan.
Namja itu mengulurkan tangannya dan membantu Moonah untuk berdiri. Moonah memperbaiki letak kacamatanya dan mendongak melihat wajah namja yang ternyata cukup tinggi itu.
“Gwenchanda?” Tanya namja itu lembut.
Moonah hanya mengangguk dan langsung menundukkan wajahnya. Ia tidak berani membayangkan betapa merah wajahnya saat ini.
“Chosonghamnida.” Pinta Moonah dan langsung berlari pergi meninggalkan dua namja yang sekarang sudah berdiri berdampingan.
“Nuguseyo?” Tanya namja satu ke namja lainnya.
“Aku tidak yakin tapi aku rasa aku tahu siapa.” Sahut namja yang membantu Moonah untuk berdiri.
“Aishh… Kamu jadi menakuti yeoja tadi, kalau dia mau bergabung ke klubku bagimana? Dia pasti langsung berubah pikiran setelah melihat wajahmu yang seram itu.” Namja yang menolong Moonah tadi langsung memukul kepala temannya karena kesal dengan ejekan yang diberikan untuknya. Tapi temannya itu dengan sigap mengelah. Namja itu meliat sesuatu di lantai dan memungutnya.”Handpone? milik siapa?”
“Sepertinya milik Yeoja tadi, sebaiknya kita simpan. Dia pasti kesini kalau sadar HP-nya terjatuh.”
***
Moonah berlari sekuat tenaga, ia menuruni tangga dengan cepat dan terus berlari tanpa tahu tujuan.
JDAKK
Moonah kembali terjatuh saat sesuatu mengenai kepalanya. Kali ini Moonah tidak terjatuh ke lantai tapi ia merasakan tangan yang ia gunakan untuk bertumpu menyentuh tanah. Moonah segera mengelus kepalanya yang ternyata terkena lemparan bola. Moonah tidak menyangka dia akan terjatuh dua kali dalam hari ini. ia menggerutu dalam hatinya.
“Gwenchanda?”
Moonah kembali mendengar pertanyaan itu untuk yang kedua kalinya. Dan kali ini Moonah sempat untuk menjawab.
“Ne.”
Moonah berusaha bangun sendiri karena ternyata namja yang bertanya tadi masih berlari menghampirinya. Dan saat namja itu sudah ada di hadapan Moonah, ia sadar ternyata kini ia berada di pinggir lapangan. Lapangan sepak bola tepatnya. Bagaimana bisa Moonah berlari begitu jauh, sesuatu pasti membuat adrenalinnya bekerja lebih keras.
“Gwenchanda?” Tanya namja itu lagi.
“Ne.” Moonah kembali menjawab dengan napas tersengal.
“Mian, tendanganku terlalu kuat dan kamu tiba-tiba datang entah dari mana.” Jelas namja yang ternyata adalah Niel itu.
Saat sadar siapa yang sedang diajaknya bicara Moonah langsung merasa kesal. Moonah kurang suka dengan namja ini, namja yang selalu membuat kelasnya gaduh dan namja yang selalu tidur saat jam pelajaran.
“Ne… Aku harus pergi.” Pamit Moonah dan berjalan meninggalkan Niel yang melongo kebingungan.
Moonah berjalan sedikit pincang kegerbang sekolah. Ia merogoh saku roknya, tapi tidak menemukan benda yang ia cari. Moonah akhirnya sadar HP-nya hilang.
Ia kembali merogoh semua kantung di seragamnya. Mengubrak-abrik isi tasnya, dan tentu saja tidak menemukan HP yang ia cari.
“Aishh.” Keluhnya. “terjatuh dimana benda itu?” ia berhenti dan berfikir sejenak. “Jangan-jangan jatuh di ruang melukis? Atau di lapangan bola? Atau jangan-jangan jauh saat ia berlari barusan?” tanyanya pada diri sendiri.
Moonah hendak kembali dan mencari HP-nya, tapi karna tidak tahu harus mencari kemana ia memutuskan untuk menyerah sebelum berusaha. Disekelilingnya sudah mulai gelap dan tidak mungkin mencari pikirnya, lagi pula ia bisa mencarinya besok. Moonah teralalu takut gelap sehingga memutuskan pulang saja naik bus sebelum terlalu malam.
Kakeknya akan sangat marah padanya kalau tahu ia pulang sendiri apalagi tanpa mengabari terlebih dahulu. Mereka mengijinkan Moonah pergi kesekolah karena ia berjanji akan selalu memberi kabar dan harus selalu diatar jemput. Kalau sudah begini, Moonah tidak yakin apa besok ia masih diijinkan pergi ke sekolah.
Pulang dengan bus seorang diri ternyata tidak mudah. Menentukan bus mana yang harus dinaiki dan harus turun di halte yang mana sungguh membingungkan bagi orang awam seperti Moonah. dan hasilnya kini Moonah tidak tahu dia dimana.
Ingin rasanya Moonah menangis disaat seperti ini. ia tidak tahu dia masih di kota seoul atau tidak. Dia tidak tahu kemana arah ke rumahnya. Sudah setengah jam Moonah berjalan sendiri, dan beberapa kali ia hendak bertanya pada orang yang berpapasan dengannya. Tapi ia urungkan niatnya itu dengan pikiran-pikiran jangan-jangannya. Jangan-jangan dia penjahat, pencuri, maniak, penculik. Pikiran negatif yang terus menghantui menyemangati kepanikan Moonah.
“Selamat malam, silahkan mampir.” Suara namja dari kostum boneka sedikit menakuti Moonah. “Kacamata!” serunya lagi membuat Moonah hendak berlari menjauh.
Badut dengan kostum boneka itu langsung menghentikan Moonah dan menggenggam tangannya. “Ya.. Kacamata! Ini aku.” Namja itu segera melepaskan penutup kepalanya.
“Sombae!” seru Moonah gembira.
“Ya… Apa yang kamu lakukan disini? Dan ada apa dengan penampilanmu?” Minsoo keheranan dengan penampilan Moonah yang sedikit acak-acakan dengan siku kan lutut berdarah. “Lalu kenapa dengan luka-luka ini?”
“Sombae….” Moonah mulai menangis dan menceritakan semuanya. “Aku jatuh, Hp-ku hilang, aku tidak tahu jalan pulang… Hu…”
“Aish… aku tidak mengerti maksudmu…! Ayo masuk dulu dan ceritakan semuanya.” Minsoo mengajak Moonah untuk masuk ke café tempat ia bekerja. Memberikannya minum dan membantunya mengobati kukanya.
Moonah menceritakan semua yang dialaminya hari ini -kecuali tentang mengitip sombenya tentunya-, membuat Minsoo tidak bisa menahan tawanya. Minsoo heran bagaimana ada orang yang seperti ini, tidak tahu cara naik bus.
“Tunggu sebentar, aku akan mengantarmu pulang. Berhentilah menangis!”
“Jinja? Gomawao sombae. Hick” Moonah menghentikan tangisnya dan memberian senyum terimakasihnya ke Minsoo.
Tidak beberapa lama Minsoo sudah kembali dengan seragam sekolah mereka. Ia berpamitan sebentar dengan pemilik café dan mengajak Moonah untuk keluar.
“Jadi dimana rumahmu? Moonah menyebutkan alamat rumahnya dan Minsoo sedikit terkejut mendengar kompeks mana rumah itu berada. “Wah, jadi kamu seorang putri?”
“Ne?” Tanya Moonah heran.
“lupakan saja.”
Mereka berjalan menuju halte bus, dan menaiki bus yang berhenti tepat saat mereka sampai. Hanya berselang dua halte yang mereka lewati dan Moonah sudah ingat bahwa ini jalan menuju rumahnya. Diperjalanan Minsoo menjelaskan bagaimana cara menuju rumahnya kalau naik bus dari sekolah. Moonah merasa bodoh karena ia melewati halte diamana seharusnya ia turun.
Kini mereka sudah berdiri di depan rumah Moonah.
“Wah… Rumahmu benar-benar istana.” Seru Minsoo kagum dengan rumah Moonah hanya dari pagar dan gerbangnya yang sangat tinggi. “Aku pergi sekarang. Bye!”
“Sombae!” seru Moonah yang melihat Minsoo langsung pergi. “Kamu tidak mampir dulu?”
“Tidak usah!” seru Minsoo tanpa menoleh. Ia hanya terus berjalan meninggalkan Moonah.
***
Sunah merasa sedikit kesal karena harus membersihkan kelas bersama Chanjo. Ia merasa bukan salahnya jika ia tertidur di kelas. Cara Park seongsamnim mengajar sangat membosankan, dan Sunah sangat benci pelajaran sejarah, membuatnya benar-benar mengantuk karena terus-terusan didongengi dengan tokok-tokoh perjuangan dan tanggal-tanggal yang tidak penting baginya.
Jadi saat ketahuan tertidur, tentu saja gurunya itu marah, apalagi sifat Sunah yang jujur saja membertahu alasan ia tertidur membuat gurunya yang terkenal sangar itu memberikan hukuman yang menyebalkan ini.
Disinilah Suhan berakhir hari ini, membersihkan ruang kelas yang entah dimana hubungannya dengan sejarah atau apalah itu. Setidaknya dia akan selesai lebih cepat karena Chanjo yang dengan bermurah hati menawarkan diri membantunya.
“Aish… aku harus membiarkan Moonah pulang sendiri, gara-gara guru menyebalkan itu!” gerutu Sunah.
“Tenang saja Nunna, nunna bisa ikut dengan mobilku nanti.”
“Bukan itu masalahnya, aku khawatir dengan Moonah.”
“Bukannya kalian punya supir. Moon nunna pasti sudah dijemput dan dirumah sekarang.”
“Benar juga.”
“Nunna lihat ini!” seru chanjo yang menunjukkan gaya seperti pemain gita pro, dengan gitar sapu-nya.
“Ya… Apa-apan itu? Kau seperti orang gila tahu.”
“Apa aku sudah terlihat seperti pemain gitar pro? Aku ingin menjadi seorang pemusik yang terkenal.” Curhat Chanjo.
“Hmmm…” Sunah memasang pose seperti mengamati, meliat Chanjo dari atas hingga bawah. “Chokeum.”
“Aku akan menjadi musisi terkenal, sambil melanjutkan bisnis appaku. Lalu bagaimana dengan nunna?”
“Aku?” Sunah menaikkan sebelah alisnya. Ia berpikir sejenak. “Akurasa aku akan menekuni fashion. Seperti eommaku, atau haruskah aku meneruskan bisnis appaku? Sama sepertimu. Yang pasti aku tidak akan menekuni apa yang Moonah tekuni.”
“Wae?”
“Sama seperti kita tidak mungkin menyukai pria yang sama kan? Aku tidak ingin terus bergantung dengan Moonah, aku ingin sedikit ada ruang diantara kami. Sudahlah. Ayo lanjutkan, aku akan mentraktirmu sehabis ini.”
“Jeongmal?”
“Ne, Yakshoke.”
Mereka melanjutkan pekerjaan mereka, dan benar seperti yang Sunah pikirkan. Semua akan selesai lebih cepat kalau dikerjakan berdua. Chanjo ahli juga dalam bersih-bersih, terutama bagian yang tinggi.
Jadi dengan alasan sudah sangat dibantu Sunah menurut saja saat diajak ke sebuah café yang cukup ramai di dekat kompleks perumahannya.
Café ini sangat menyenangkan dan makananya juga enak. Pantas saja tempat ini dipenuhi pelanggan. Ada sebuah pohon buatan diantara meja penanggan dan daunnya terbuat dari gantungan-gantungan kertas berisikan harapan pelanggan yang mengunjungi café ini. sepertinya ini juga salah satu yang membuat pelanggan datang.
“Nunna, kalau kamu menuliskan harapanmu dipohon itu, pasti akan terkabul.” Cerita Chanjo.
“Aku tidak percaya.”
“Aku sudah membuktikannya, aku menuliskan harapanku dan sekarang sudah terkabul.”
“Harapan apa?”
“Rahasia, kalau aku sebutkan, nanti aku akan kena sial.”
Sunah memukul kepala Chanjo dengan sendok plastik ditangannya.
“Nunna! Serunya marah, kalau kamu terus memukul kepalaku, lala-lama aku akan bodoh.”
“Tenang saja, tuhan tidak akan membiarkanmu bodoh.”
“Wae?”
“Karena aku akan menulis harapan supaya kamu menjadi orang yang pintar, lalu menggantungnya ke pohon itu.” Jelas Sunah. “ Ops… aku menyeutkannya, Tuhan akan benar-benar membuatmu bodoh sekarang.”
Chanjo memperlihatkan wajah kesal yang terlihat imut di mata Sunah.
***
Sunah memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Hanya beberapa pelayan yang sedang membersihkan ruang tamunya, dan sepertinya yang lain sedang ada di dapur.
Ia bertanya pada salah satu pelayannya apa Moonah ada di kamarnya. Dan Sunah sedikit terkejut saat pelayannya menjawab Moonah belum pulang. Moonah belum pulang dan Kakeknya tidak akan pulang karena bisnisnya hari ini.
Sunah mulai cemas dan menghubngi Moonah, tapi ponsel Moonah tidak bisa dihubungi. Beberapa kali dan beberapa kali Sunah mencoba tetap saja tidak bisa.
Sunah memanggil sopir mereka dan menanyai apa sunah menghubungi untuk menjemputnya. Dan supir itu juga menjawab tidak. Kini Sunah panik, dia takut saudaranya itu kenapa-kenapa. Moonah tidak akan tahu jalan pulang sendiri. Jadi Sunah meminta supirnya untuk pergi ke sekolah mencari tahu jika Moonah masih disana.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan dan masih belum ada kabar dari Moonah. Kini Sunah menyesal harus membiarkan Moonah sendiri. Ia telah melanggar janji pada kedua orang tuanya. Ia tidak bisa menjaga Moonah dan meninggalkan dia sendiri. Sunah benar-benar kesal dengan dirinya yang berfikir memberi sedikit ruang itu.
“Aku Pulang!” seru Moonah.
“Ya…! Kamu dari mana saja?” Tanya Sunah yang langsung berlari saat mendengar pintu dibuka.
“Ceritanya sangat panjang. Aku lelah Sun, aku mau mandi dan tidur. Diamana kakek?”
“Kakek tidak pulang hari ini. Hyea,,, kenapa dengan lutut dan sikumu?”
“Aku akan menceritakannya setelah mandi. Jangan beritahu kakek aku pulang seperti ini, dia tidak akan membiarkanku kembali ke sekolah.” Pinta Moonah.
“Aku juga tidak berniat menceritakannya, Kakek juga akan membunuhku seketika.”
“Mianhae…” sesal Moonah.

***
TBC


Huaa..... Post-nya lama banget, khekhekhe mianhae
aku ga nyangka aku udah males buat nulis ini ff, jadi lupa ceritanya maunya gimana, aku harap yang baca suka sama tulisanku yang banyak typo dan dengan bahasa yang aneh dan lebai serta dengan cerita yang geje ini....
Sekian dulu dari saya, lanjutannya dijanjkan bulan ini deh...

Sabtu, 25 Oktober 2014

SUNFLOWER

By : Riecha_Rie

SUNFLOWER
Cast :     Bang Minso (CAP)
Gong Haemi
Genre: Romance
***
--Seperti kesetiaan bunga matahari, begitu pula aku selalu setia menunggumu.--
--Seperti bunga matahari, aku akan selalu melihat kearahmu.--

Ini adalah kebiasaan Haemi sepulangnya ia dari kampus. Duduk di hadapan computer di ruangannya. Menggerakkan jari-jari mungilnya di atas keyboard berwarna putih dengan stiker-stiker lucu yang sengaja ia tempelkan. Seperti biasa, ia sedang melakukan chating sembari mendengarkan lagu favoritnya.

Sesekali Haemi melirik ke arah jam yang menggantung di dinding. Dan merasa semakin gelisah saat melihat jarum jam yang menunjukkan pukul 3 sore. Empat jam lagi ia harus berangkat ke salah satu gedung siaran TV. Ia sudah menantikan hari ini selama seminggu terakhir. Ah… bukan. Sudah hampir setahun ia mengumpulkan keberanian untuk hari ini.

Haemi tidak boleh terlambat di hari yang penting ini. Ia sudah lama membuat keputusan untk hari ini, maka dari itu ini bukan saat yang tepat untuk bermalasan. Ia harus bersiap karna butuh waktu dua jam untuk sampai ketempat yang ia tuju.

Kursi yang senada dengan satu-satuya meja di ruangan itu mulai bergerak. Haemi merenggangkan tubuhnya, mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Ia bangun dengan malas dan menuju ke arah kamar mandi.
***

Tidak butuh waktu yang lama untuk Haemi bersiap. Kini ia sudah menggunakan pakaian kesayangannya. Pemberian seseorang yang sangat berharga. Haemi melihat ke arah cermin untuk yang terakhir kalinya. Memastikan bahwa dirinya sudah siap.

Ia mengambil sebuah kotak berwarna ungu dari atas tempat tidurnya. Memasukkannya kedalam kantung kertas berwarna sama. Tidak lupa Haemi menggantungkan pita berwarna merah jambu. Haemi berharap apa yang ada di dalam kotak ini akan menyampaikan seluruh isi hatinya dan mempermudahnya untuk lepas dari bayangan Minsoo.

Tentu saja. Ia harus segera melupakan Bang Minsoo, karna ia sendiri sudah lama dilupakan. Ia memang sudah paham dengan jelas bahwa Minsoo tidak benar-bernar mencintainya seperti yang selalu Minsoo ungkapkan padanya. Dan walaupun Minsoo selalu memintanya untuk menjadi kekasih, Haemi akan menolaknya.

Tapi Haemi tahu, bahwa perasaannya kepada Minsoo ini tulus. Sampai sekarangpun masih sama. Hanya saja waktu mengharuskannya untuk mulai berjalan kedepan. Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Haemi memutar gagang pintu kamarnya. Seperti pintu ini, hari ini ia akan meninggalkan masa lalunya dan melalui pintu ini, ia melangkah untuk melepaskan Minsoo.

***

“Haemi-ah…” panggil Minsoo lembut.

Haemi sudah sering melihat tatapan serius Minsoo. Ia tahu pasti ada hal penting yang akan Minsoo sampaikan bila ia menatapnya seperti itu. Tapi Haemi hanya memperlihatkan senyum bahagianya sambil berharap semua akan baik-baik saja.

“Wae?”

“Kau tahu, mungkin kita tidak akan bisa seperti ini lagi. Tapi aku tidak mau menyampaikan salam perpisahan padamu.”

Senyum haemi semakin pudar. Namun sekali lagi ia meyakinkan dirinya bahwa tidak aka nada yang berubah. “Ne…. Ara! Sebentar lagi kamu akan menjadi orang yang hebat. Dan aku adalah orang yang akan paling bangga karena menjadi sahabatmu.”

“Tapi, kamu tahu persis bahwa aku tidak ingin menjadi sahabatmu. Tidak bisakah kamu menerima pernyataan cintaku sebelum aku pergi?”

“Minsoo-ah. Aku bukannya tidak menerima perasaanmu. Hanya saja, aku berfikir bahwa apa yang kamu rasakan terhadapku bukanlah cinta. Kamu hanya merasa sayang terhadap temanmu.”

Minsoo menarik tangan Haemi dengan lembut. Ia menyelipkan jemarinya di antara jemari mungil Haemi. Ia sudah terbiasa dengan penolakan dari Haemi dan ia tidak harus menyerah begitu saja.

“Bang Minsoo. Aku tahu jelas bahwa kamu akan segera melupakan persaan sukamu ini terhadapku. Saat kamu menjadi bintang yang bersinar terang, kamu akan tahu bahwa tidak seharusnya kamu menyatakan kata cinta kepadaku. Aku, Gong Haemi. Hanya menjadi seseorang yang sempat singgah di kehidupanmu.”

Haemi melepaskan genggaman tangan Minsoo. Ia berdiri dari duduknya dan menarik lengan minsoo agar mengikutinya bangun. Ia masih melemparkan senyumannya kepada Minsoo.

Minsoo tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya membalas senyuman Haemi dengan senyumnya yang dipaksakan. Beberapa saat Minsoo merasa ini tidak benar dan ia tahu bahwa Haemi merasakan hal yang sama kepadanya. Tapi kenapa gadis ini selalu menolak untuk menjadi kekasihnya?

Saat Minsoo sibuk dengan pikirannya, Haemi sudah bergerak untuk meninggalkan café yang sering mereka kunjungi ini.  Ia baru saja berjalan tiga langkah dan Minsoo berusaha menghentikannya dengan meraih lengan Haemi. Dengan perlahan ia membalikkan tubuh Haemi agar berhadapan dengannya.

“Tolong katakana apa yang harus aku lakukan?” Tanya Minsoo sedikit frustasi.

“Dengarkan aku Bang Minsoo. Ini bukan saatnya untukmu memikirkan suatu hubungan. Sebentar lagi kamu akan memulai debutmu sebagai seorang artis dan memiliki kekasih bukan hal yang benar.”

“Tapi aku tidak peduli!” bantah Minsoo dengan suaranya yang sedikit meninggi dibandingkan tadi.

“Aku yang peduli.” Dengan tenang Haemi membalas pernyataan Minsoo. “Akan ada banyak alasan yang membuat kita tidak bisa menjadi kekasih setelah ini. Dan akan percuma membangun sebuah hubungan yang tidak pasti. Aku ingin kamu memikirkannya kembali.”

Haemi kembali berbalik memunggungi Minsoo. Ia berjalan dengan langkah yang lebih cepat. Meninggalkan Minsoo yang masih berdiri bagaikan patung.

***

Kini Haemi sudah sampai di gedung dimana akan diadakan jumpa fans dari Teen Top. Bagian depan gedung sudah sangat ramai. Segerombolan gadis meneriakkan yel-yel untuk idolanya. Haemi tahu dan hafal dengan seruan-seruan ini. Ia juga menyerukan kalimat-kalimat itu selama empat tahun terakhir, walau tidak datang secara langsung ke acara seperti ini. Haemi selalu melakukannya di depan computer kesayangannya.

Ia berharap apa yang ia lakukan sekarang adalah pilihan yang terbaik untuk Minsoo, terutama untuknya.

Sekumpulan anak SMA yang masih berseragam kini mulai riuh. Mereka berlari melewati Haemi. Kini gerombolam itu semakin banyak. Terus bertambah satu demi satu orang berlari melewatinya. Mereka mengejar sebuah mobil van yang berjalan perlahan. Sambil meneriakkan nama-nama yang sudah akrab bagi Haemi dan menyerukan bagaimana mereka mengidolakan orang tersebut, mereka terus berusaha menarik perhatian siapapun yang berada di dalam mobil dengan melambaikan benner dengan tulisan-tulisan khas seorang fans.

Haemi hanya bisa melihat dari jauh. Ia tidak berani lebih dekat dari ini. Ia hanya akan menyaksikan pertunjukan hari ini dan mengakhiri ini semua.

Pintu van mulai terbuka. Seseorang yang sepertinya manager atau petugas keamanan mencoba membuat jalan, meminta beberapa orang bergerak mundur.
Seorang pria dengan tubuh yang tinggi keluar dari van. Haemi mengenal orang itu, Chanjo, salah satu member boyband yang ia kagumi. Dia dikuti oleh beberapa member lainnya yang keluar dengan memperlihatkan pesonanya.

Jantung Haemi mulai berdetak kencang. Orang terakhir yang turun dari van itu mulai membuat matanya berkaca. Pria itu, yang sudah lama Haemi rindukan. Pria itu tersenyum. Senyuman yang sudah begitu lama mengisi hatinya.

Haemi melihat Minsoo menoleh ke arahnya. Tidak. Hanya perasaan Haemi. Haemi meyakinkan dirinya bahwa minso tidak akan melihatnya, Minsoo tidak akan mengenalinya.
Tapi tubuh Haemi bergerak dengan sendirinya. Hatinya begitu panik. Tanpa sadar Haemi berbalik memunggungi sekumpulan orang yang berteriak begitu histerisnya.

Semua akan berakhir. Ia harus melepaskan cinta ini.

***

Haemi-ah
Selama ini kita selalu bersama. Kamu selalu ada untukku begitu pula kamu yang selalu menemaniku.
Tapi sekarang aku harus pergi meninggalkanmu. Bukan untuk selamanya, hanya sementara.
Aku pergi bukan untuk menjadi seorang bintang.
Karna aku takut kamu tidak akan menemukanku diantara banyak bintang.
Jadi, aku akan menjadi matahari agar kamu dapat melihatku dengan jelas.
Dan, aku ingin kamu menjadi bunga matahariku, yang akan selalu menunggu dan hanya melihat padaku.
Aku janji tidak akan lama, asalkan kamu mau menjadi bunga matahari.
Aku akan kembali untuk menyatakan perasaanku padamu.
                                                                                                                -Bang Minsoo-

Haemi membaca catatan itu dengan seksama. Secarik kertas yang ia temukan dalam kado pemberian Minsoo kini membuatnya meneteskan air mata.

Haemi sangat menyesal karena menolak menjadi kekasih Minsoo. Haemi tidak akan menjadi orang yang egois terutama untuk Minsoo yang sangat ia sayangi. Karena keegoisannya akan berakibat buruk nantinya.

Selembar pakaian terlipat rapi dalam kotak yang dipangku haemi. Haemi mengangkatnya dan merentangkan hingga terlihat dengan jelas pakaian apa yang diberikan Minsoo untuknya. Sebuah terusan dengan warna kuning cerah. Senyum Haemi mengembang dan ia memeluk pakaian itu dengan eratnya.

***

CAP duduk bersandar pada salah satu kursi di depan meja rias yang berjejer dihadapannya. Ruangan yang sengaja disiapkan untuknya dan member yang lain tidak seramai tadi. Kini suasana sudah mulai sepi. Beberapa member sibuk berfoto dan merekam kegiatan yang mereka lakukan sekarang.
Biasanya ia akan mau diajak berfoto dengan yang lainnya. Tapi hari ini CAP merasa lebih lelah dari biasanya.

“Teen Top! Ini hadian dan bingkisan yang diberikan fans kalian. Apa yang harus aku lakukan dengan barang-barang ini?”

“Letakkan saja disana Hyung!” pinta Ricky pada seorang pria jangkung yang tangannya dipenuhi dengan kantung-kantung berwarna-warni.

“Apa ada makanan d dalamnya?” Tanya Niel yang berharap menemukan biscuit atau semacamnya.

“Entahlah! Kalian periksa sendiri. Aku harus mengurus hal lain.”

Pria yang mereka panggil Hyung merupakan salah satu manager mereka. Dan kini ia meletakan bingkisan itu di samping CAP lalu pergi meninggalkan mereka.

Ricky dan Niel dengan bersemangat berebutan membuka bingkisan tersebut. Chunji menghampiri mereka dan mengambil salah satu bingkisan dan membukanya. Ia begitu bahagia menembukan sekotak biscuit dalam bingkisan itu dan memamerkannya pada Ricky dan Niel.

Niel mencoba merebutnya, tapi Chunji sudah mengelak lebih cepat. Kini mereka mulai saling mengejar, memperebutkan biscuit di tangan Chunji.

“Hyung, berhentilah tidur! Aku menemukan bingkisan khusus untumu.” Ricky memberikan bingkisan yang khusus ditujukan untuk CAP.

“Untukku?” Tanya CAP penasaran.

CAP menerima bingkisan itu dari Ricky yang masih berjongkok di sampingnya sambil terus sibuk memeriksa beberapa bingkisan. “HAAA! Aku menemukan coklat hyung!” teriaknya gembira saat mendapatkan sekotak coklat sari salah satu bingkisan.

Niel yang sudah mendapatkan beberapa biscuit dari Chunji kini menghampiri Ricky dan meminta coklat untuk bagiannya.

Ricky menawari CAP sepotong coklat, tapi ia menolaknya. Ia masih memperhatikan bingkisan ditangannya. Terdapat kalimat singkat pada kantung tersebut.

-Untuk CAP, Matahariku-

Kalimat yang sangat sederhana, namun membuat CAP begitu penasaran.

Dengan perlahan CAP membuka kantung tersebut dan menemukan sebuah kotak berwarna ungu di dalamnya. Kini CAP meletakkan kotak itu di pangkuannya. Ia membuka kotak itu karna sudah sangat penasaran dengan apa yang ada di dalamnya.

CAP sangat terkejut karna tidak menemukan apapun. Hanya secarik kartu  dengan gambar bunga matahari. CAP membalik kertas itu dna menemukan sebuah catatan di dalamnya.

Untuk matahariku
Selamat karena sudah bersinar bergitu cerah.
Tapi aku tidak bisa menemani harimu maupun menunggumu lagi.
Hari ini aku memutuskan untuk tidak melihatmu lagi.
Aku memilih menjadi layu agar bisa memulai kehidupanku.
Kuharap kamu akan terus bersinar secerah ini, tidak ada mendung yang menghalangimu.
                                                                              -Bunga Matahari-

CAP membaca catatan itu sekali lagi. Memastikan sesuatu yang mulai mengganggu pikirannya.

Kini CAP mengingat seorang gadis yang ia lihat sebelum konser. Seorang gadis dengan terusan berwarna kuning. CAP tadinya berfikir bahwa ini tidak mungkin. Tapi ia sadar sekarang. Gadis itu memang Haemi. Haeminya, yang selalu mengisi hatinya. Dulu dan sekarang.

CAP segera bangkit dan berlari keluar.

Tidak ada. Hanya itu yang diperoleh CAP. Bahkan managernya tidak tahu siapa yang memberikan bingkisan itu untuknya.

Tiba-tiba CAP merasa marah pada dirinya sendiri. Ia sudah membuat Haemi menunggu begitu lama dan akhirnya pergi meninggalkannya. Ia seharusnya sudah menemuinya beberapa tahun lalu. Saat pertama kali debut, saat pertama kali melakukan konser, saat ia mengingat Haemi dalam tidurnya.

Selama ini CAP yang takut menemui Haemi karna merasa belum bisa memenuhi janjinya untuk bersinar terang.

Ah… Itu hanya alasan. CAP takut Haemi sudah melupakannya dan bertemu pria yang lebih baik.
Tidak… Itu juga hanya alasan. CAP sudah melupakan Haemi. Melupakan cintanya pada gadis itu.

***

Sudah satu minggu dari hari itu. Hari Haemi berjalan seperti biasanya. Tak ada yang berbeda.

Sepertinya Minsoo memang bukan hal yang berarti dalam hidupnya. Melepaskan Minsoo untuk selamanya tidak merubah apapun bagi Haemi. Menunggu ataupun melangkah kedepan sepertinya akan sama, karna dari dulupun penantiannya tidak mempengaruhi masa depannya.

Satu hal yang Haemi masih sesali selama satu minggu ini. ia masih tidak bisa melupakan Minsoo. Ia masih melihat wajah Minsoo disetiap ia memejamkan matanya. Ia masih membandingkan Minsoo dengan pria-pria yang ia temui. Bang Minsoo, pria itu masih tertinggal dihatinya.

Sudah saatnya Haemi untuk tidur. Ia tidak bisa duduk di depan TV seharian, berharap akan ada wajah Minsoo disana.

Dengan malas Haemi berdiri dan meregangkan tubuhnya. Mengangkat kedua tanganny tinggi-tinggi. Baru saja ia hendak beranjak ke arah tempat tidur, seseorang memencet bel rumahnya.

Siapa orang yang bertamu di malam hari seperti ini? Teman atau orang tuanya pasti akan menghubunginya terlebih dahulu sebelum datang. Apalagi ini sudah terlalu larut untuk mengunjungi seseorang. Mungkin ada hal yang penting yang harus disampaikan padanya hingga harus bertamu pada jam segini.

Setelah tiga kali bel berbunyi, Haemi sampai di depan pintu keluar. Ia mengintip dari lubang kecil di pintu, tapi tidak ada siapapun yang terlihat. Haemi mulai ragu untuk membuka pintu. Jangan-jangan hanya orang iseng yang mengerjainya.

Tapi kali ini bel berbunyi kembali. Haemi segera memutar gagang pintunya dan mendorong daun pintu itu kearah luar.

Haemi benar-benar terkejut melihat siapa orang yang ada di depannya saat ini. Matanya membelalak seperti hampir lepas, dan mulutnya sedikit menganga. Betapa konyolnya ekspresi Haemi saat itu, tapi 
Haemi tidak peduli, pikirannya sedang kosong saat ini. Dunia berasa berputar sejenak, tapi Haemi berusaha mengontrol dirinya.

“Bang Minsoo?” Tanya Haemi heran.

“Iya ini aku Haemi. Bang Minsoo, mataharimu yang kini sudah bersinar terang.”

“Tapi kenapa kamu bisa disini? Bagaimana kalau…” Haemi tidak menyelesaikan kalimatnya. Minsoo kini menggenggam kedua tangannya. Ia bisa merasakan tangan Minsoo yang begitu dingin. Pasti ia sudah lama berada di luar.

“Apakah aku terlambat?”

“Nee!”

Jawaban itu menghancurkan hati Minsoo. Ia begitu syok dan tidak menyangka Haemi akan mengiyakan pertanyaan Minsoo ini.

Minsoo dengan lemas melepaskan tangan Haemi dan menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap wajah Haemi dan ia lebih tidak mau Haemi melihat wajahnya saat ini.

Matanya mulai berkaca-kaca.

“Haemi-ah, mian… aku sempat melupakan janjiku. Aku terlalu larut dalam kehidupanku sebagai artis dan terlalu sibuk untuk meraih mimpiku. Tapi aku tidak pernah melupakanmu, melupakan apa yang aku rasakan padamu.” Minsoo menjelaskan apa yang ia rasakan selama ini. tanpa ia sadari kini air matanya mulai menetes.

“Minsoo-ah… kau tidak buru-buru kan? Maukah kamu menunggu agar bunga matahari ini mekar kembali?”

“Tentu! Tentu, aku akan menunggu. Tidak! Tidak hanya menunggu, aku akan merawat bunga matahari ini agar mekar lebih indah.” Minsoo menjawab permintaan Haemi dengan bersemangat. Ia mengusap air matanya dengan kedua tangannya kemudian ia langsung memeluk Haemi dengan erat. Sangat erat, karna Minsoo tidak ingin Haemi menjauh lagi.

“Hentikan Minsoo. Aku tidak bisa bernapas!” pinta haemi, tapi ia tetap membiarkan Minsoo memeluknya dengan erat. Ia terlalu gembira.

“Ah… Mian!” Minsoo segera melonggarkan pelukannya. Ia masih enggan untuk melepaskan pelukan ini.

“Kalau kamu tidak harus pergi sekarang, ayo masuk ke rumah! Aku akan membuatkanmu coklat hangat. Aku harap kamu masih suka dengan coklat hangat buatanku.”

“Tentu!”

***

- -Bunga matahari tidak akan mekar selamanya, ia akan layu dikemudian hari. Saat matahari tidak ada untuknya, bunga matahari memilih untuk menggugurkan kelopaknya. Tapi saat matahari ada untuk menyinarinya, ia akan mekar kembali. Mekar dengan lebih indah agar matahari tidak meninggalkannya. - -


Sabtu, 20 September 2014

TEEN TOP SONG LIST


Bagi para angel baru pasti sedikit kesuitan buat ngumpulin lagu-lagu Teen Top dari awal mereka debut. Hehehe… Walaupun aku orang yang udah ngikutin Teen Top dari zaman Clap dulu, aku juga merasakan hal ini karna sempat hiatus jadi angel.
Aku harap dengan tulisanku ini, bakalan sedikit bermanfaat bagi yang lagi nyari lagu-lagunya Teen Top.
Oh ya… aku ga bisa bilang kalau list ini sudah lengkap. Ini sie dari hasil search’q di google dan koleksiku selama ini. Jadi aku harap kalau ada yang tahu lagu lainnya kalian bisa komen dan share ke aku.
Aku juga mau ngucapin banyak terimakasi buat sumber-sumber dari tulisanku ini yang tidak dapat aku sebutkan satu-persatu.
Jadi tidak perlu berpanjang lebar lagi, inilah list lagu Teen Top dari mereka debut sampai 2014 sekarang!

ALBUM

Sampai saat ini setahuku Teen Top baru merilis satu album dengan Judul No.1, ini adalah album pertama Teen Top.
Album ini dirilis pada tanggal 25 Februari 2013, tapi salah satu track-nya yang berjudul I Wanna Love udah dirilis pada tanggal 15 Februari 2013.  Di album ini, CAP ikut menyumbang dalam menulis lirik pada salah satu track yaitu Mr.Bang bareng sama Maboos and Chakun Electroboyz.
Dalam satu album No.1 berisikan:
  • 1.    No.1 (Intro)
  • 2.       Miss Right
  • 3.       Missing You
  • 4.       I Wanna Love
  • 5.       Stop Girl
  • 6.       Why
  • 7.       Hello
  • 8.       Never Go Back
  • 9.       Mad At You
  • 10.   So Sweet
  • 11.   Get Crazy
  • 12.   Mr.Bang (Ft. Maboos and Chakun Electroboyz)

Bagi yang mau download bisa klik disini.
Album ini juga ada versi repackage-nya  dengan judul albumnya No.1 (Repackage Special Edition) yang dirilis kalau tidak salah pada tanggal 25 April 2013.  Di Repackage ini ditambah dua track yaitu:
  • 1.       Walk By
  • 2.       Jealousy

Versi Repackage-nya dapat didownload disini.

MINI ALBUM

1.       ROMAN
Mini album ini drilis pada 26 Juli 2011 dengan tracknya yaitu:
  • ·         No More Perfume On You
  • ·         Beautiful Gir
  • ·         First Kiss
  • ·         The Back of My Hand Brushes Against
  • ·         Tell Me Why
  • ·         No More Perfume On You (Inst.)

Downloadnya bisa disini.

2.       It’s
Kalau mini album ini dirilis pada tanggal 9 Januari 2012 dengan track-nya yaitu:
  • ·         Teen Top (Intro)
  • ·         Going Crazy
  • ·         Where’s Ma Girl
  • ·         Girl Friend
  • ·         Going Crazy (R&B Slow Mix)
  • ·         Going Crazy (Inst.)

Langsung download disini

3.       aRtisT
aRtisT ini dirilis pada tanggal 4 Juni 2012, dengan track-nya yaitu:
  • ·         aRtisT
  • ·         To You
  • ·         Baby U
  • ·         Shake It!
  • ·         To You (Slow B. Ver)
  • ·         To You (Inst.)

Silahkan di download disini

4.       Teen Top Class
Mini album ini dirilis pada tanggal 26 Agustus 2013 dan repackage-nya dirilis pada tanggal 23 Oktober 2013.  Bedanya repackage Cuma ada penambahan track, yaitu Lovefool.
  • ·         Teen Top Class
  • ·         Rocking
  • ·         Don’t I
  • ·         Oh! Good
  • ·         Date
  • ·         Rock Star
  • ·         Lovefool

Silahkan download disini, dan repackage bisa disini

5.       EXITO
Ini mini album teranyar pada tahun 2014 setelah para angel lelah menanti selama setahun. Akhirnya Teen Top Comeback dengan mini album mereka yang berjudul Exito dari bahasa spanyol yang berarti sukses. Mini album ini dirilis pada tanggal 15 September ini dengan track-nya yaitu:
  • ·         Missing
  • ·         Alone
  • ·         Cry
  • ·         Love Is…
  • ·         Remote Control
  • ·         Love U

Didownloadnya disini ya chingu… 

SINGLE ALBUM

Apa bedanya mini album sama single album? Aku juga ga ngerti. Jadi kalau ada yang tahu mohon infonya ya…
1.       Come Into The World
Yup…. Ini single album pertama Teen Top dan Debut pertama mereka. Mini album ini rilis pada tanggal 9 Juli 2010. Mereka masih imut banget pas ini, hahaha
Mini album ini berisikan:
•     Come Into The World
•     Clap
•     Let’s Dance
•     Clap (inst.)
•     Let’s Dance (inst.)
Bisa langsung di download disini

2.       Transform
Trannsform ini terdiri dari beberapa lagu dan dirilis pada 11 januari 2011. Pada promosinya tema buat single album ini mereka pake gaya robot gitu… Jujur sie, aku kurang suka sama temanya, tapi mereka tetep ganteng kok… (Waktu rilis single album ini Chanjo lagi gemuk).
Track list dari single album ini , yaitu:
  • ·         Transform
  • ·         Supa Luv
  • ·         Angel
  • ·         Supa Luv (inst.)
  • ·         Angel (inst.)

Buat yang mau download bias dicoba disini
Oh ya… ada versi remix buat Supa Luv yang dirilis pada 18 Februari 2011.

3.       Summer Special
Okeh… Summer Special ini dirilis pada tanggal 3 Agustus 2012 dengan lagu andalannya Be Ma Girl, dan track-nya yaitu:
  • ·         Fall In Love
  • ·         Be Ma Girl
  • ·         Party Tonight
  • ·         Be Ma Girl (Inst.)

Downloadnya bisa disini

FEATURING & DUET

  • 1.       The Color of K-Pop - Dramatic Blue
  • 2.       The Color of K-Pop – Dynamic Black
  • 3.       Tint Ft. Chunji - Wolves Don’t Know

Buat yang The Color of K-Pop itu adalah group yang dibuat sama salah satu stasiun TV di korea yaitu SBS khusus acara akhir tahun Gayo Daejun. Lx yang Dramatic Blue disana ada Niel sedangkan yang black ada L.Joe.  Buat yang mau download silahkan cari di mbah Google soalnya.

Sebenarnya ada juga yang dirilis di Jepang, Japan First Edition, isinya kompilasi lagu-lagu yang booming.

Sabtu, 02 Agustus 2014

(CHAPTER 1) ANOTHER SEASON

design by Riecha_rie

Main Cast :
-Kang Moonah
-Kang Sunah
-Teen Top Member
-Other
Genre : Romance, Family, School Life

###
Sekolah ini memang salah satu sekolah favorit di kota Seoul. Tidak hanya prestasi di bidang akademis, tapi siswanya juga dituntut untuk berprestasi di bidang non-akademis. Banyak calon-calon atlet besar dan juga calon artis yang bersekolah disini. Selain mereka yang memiliki kemampuan, sekolah ini juga dijadikan salah satu sekolah refrensi bagi mereka yang dikatakan keluarga Chaebol. Banyak keluarga konglomerat yang menyekolahkan anaknya disini. Dan tentu saja merekalah salah satu penyumbang terbesar untuk fasilitas sekolah ini.
Sekolah yang dibangun sejak 30 tahun lalu ini, memiliki fasilitas yang sangat lengkap untuk mengembangkan bakat para siswanya. Terdapat tiga gedung yang masing-masingnya memiliki fungsi yang berbeda. Gedung barat merupakan gedung utama, dimana para siswanya mendapatkan bimbingan akademis sesuai dengan peraturan dari pemerintah. Bisa dikatakan gedung ini digunkan untuk belajar seperti sekolah lainnya. Tapi tidak hanya itu, gedung ini juga dilingkapi dengan laboratoriun untuk mengembangkan minat siswanya di bidang science dan ilmu eksak.
Sedangkan gedung selatan merupakan gedung seni dan olahraga. Gedung ini merupakan gedung terbesar bila dibandingkan dengan yang lainnya. Terdiri dari lima lantai dengan luas gedung yang bisa dikatakan merupakan penjumlahan dari dua gedung lainnya. Gedung ini terdiri dari ruang musik, tari, vocal, aula beberapa olahraga dalam ruangan dan sebagainya. setidaknya kita tahu bahwa gedung ini tidak akan pernah sepi sampai sekolah ditutup dan siswanya diusir untuk pulang ke rumah. Fasilitas yang lengkap membuat para siswa betah berlama-lama di sekolah.
Satu lagi gedung yang paling berbeda bila dibandingkan dengan yang lainnya. Gedung utara merupakan gedung yang diperuntukan untuk para guru dan pengurus sekolah. Gedung yang terdiri dari tiga lantai ini merupakan fasilitas seperti perkantoran di lantai paling atas. Sedangkan lantai kedua merupakan perpustakaan terbesar di sekolah ini dengan koleksi buku yang bisa dikatakan sangat lengkap namun masih kalah bila dibandingkan dengan perpustakaan daerah. Sebenarnya terdapat ruangan lain di lantai ini, tapi hanya perpustakaan yang menjadi primadona lantai dua gedung ini. Lantai pertama merupakan tempat mereka yang selalu lapar. Kantin tentunya harus selalu ada di sekolah yang buka 17 jam untuk siswanya ini. Jadi dapat dikatakan gedung ini tidak akan sepi selain jam pelajaran.
Sunah menjatuhkan tubuhnya di sebuah kursi panjang di sudut kantin. Ia merasa sedikit kelelahan untuk mengelilingi kampus seluas ini dalam satu jam istirahat. Ia menoleh pada kedua teman barunya, sebenarnya hanya satu yang benar-benar baru ditemuinya di sekolah ini. Dan ia senang dapat bertemu dengannya.
Chunji dengan baik hati mau mengantarkan Sunah berkeliling sekolah. Walaupun dengan sedikit paksaan dari Sunah. Sedangkan Chanjo dia ikut dengan alasan tidak mau tersesat lagi di sekolah yang besar.
Sedikit risih memang berjalan bersama Chunji, setiap berpapasan dengan orang lain apalagi siwsi-siswi penggemar Chunji, mereka selalu berteriak histeris atau berbisik-bisik. Sebenarnya Sunah tidak suka dengan perlakuan ini, walaupun tidak ditujukan langsung untuknya. Kesal rasanya ada yang berbisik-bisik saat sunah lewat. Seperti ada yang membicarakan dirinya.
Untung saja Chunji dengan hati malaikatnya meyakinkan Sunah bahwa sebaiknya mereka mengabaikan perlakuan orang disekitar mereka dan hanya pertu tersenyum dan membalas sapaan mereka bila diperlukan.
Chunji memang orang yang baik. Dan entah kenapa Sunah merasa nyamaan saat bersamanya. Ini memang kali pertama Sunah berbicara pada Chunji, tapi ia sudah merasa tertarik dengannya sejak pertama kali melihat Chunji lewat di depan kelasnya.
Dengan memberanikan diri dan percaya pada kemampuannya, Sunah merayu Chunji untuk mau mengajaknya berkeliling dan menjelaskan isi sekolah untuknya. Sunah yakin Chunji pasti mau menemaninya. Ia selalu mendapatkan pria yang diincarnya. Sunah bangga akan anugrah yang diberikan tuhan untuknya, ia tinggi untuk seorang perempuan dan tentu saja wajahnya juga cantik dan dapat disandingkan dengan artis-artis atau anggota girlband korea yang banyak digandrungi pria di seluruh dunia.
Kulit Sunah yang putih namun tidak pucat merupakan pemberian dari ayaknya yang bukan korea asli, begitu pula dengan bola matanya yang besar dan cantik. Ia memiliki senyum yang manis, walaupun menurutnya senyum Moonah lebih manis darinya dan itupun kalau Moonah mau tersenyum karena senyum Moonah sangatlah mahal.
Alasan-alasan inilah yang membuat banyak pria yang menyatakan suka padanya. Beberapa dari mereka memang pernah menjadi pacar Sunah, tapi tidak ada yang membuatnya tertarik pada pandangan pertama seperti saat melihat Chunji.
Aish… tapi kenapa kesempatannya untuk berdua dengan Chunji harus terhalang gara-gara Chanjo yang mencalonkan diri untuk ikut bersama mereka. Anak ini terus saja membuat Sunah kesal dengan mencampuri pembicaraannya dengan Chunji.
Chanjo anak yang katanya akrab dengannya dan bahkan mereka pernah main bertiga selama dua bulan libur musim panasnya tiga tahun lalu yang bahkan Sunah tidak ingat sama sekali ini sangat menyebalkan. Dia terus saja membicarakan kenangan mereka yang hampir semuanya Sunah tidak ingat. Dan yang lebih menyebalkan adalah mereka harus satu kelas untuk tahun ini.
“Bagaimana menurutmu? Sekolah ini keren bukan?” Tanya Chunji menutup tutorialnya.
“Luar biasa. Aku memang sudah bermimpi untuk bersekolah disini sejak lama.” Sunah tersenyum ceria saat memjawab pertanyaan Chunji.
Mereka berdua terus saja membicarakan mengenai sekolah dan sibuk memilih ruangan mana yang akan menjadi tempat tinggal kedua mereka selain rumah.
“Nunna… kenapa Moon-nunna tidak bersama kita? Apa dia tidak mau ikut melihat sekolah ini?” Chanjo melontarkan pertanyaan yang kembali menyela percakapan Chunji dan Sunah.
“Molla..!” Sunah menjawab seadanya. Dia berharap Chunji kesal dan pergi meninggalkan mereka.
“Boleh aku bertanya? Siapa Moon-nunna yang chanjo tanyakan sejak tadi? Dan kenapa Chanjo memanggilmu Nunna?”
“Moon itu saudara kembarku. Jadi kalau kamu menemukan orang yang sama percis denganku tapi ia selalu membawa buku kemanapun ia pergi dan memakai kacamata aneh, dia bukan aku tapi orang yag lahir 5 menit setelahku.” Sunah menjelaskan dengan singkat mengenai saudara kembarnya itu. “Dan kalau pertanyaan kenapa Chanjo memanggilku Nunna, itu karena aku lebih tua satu tahun darinya dan dari seluruh siswa-siswi diangkatanku.”
“Oh... Ternyata kamu mirip dengan seseorang. Apa kamu juga harus mengulang satu tahun karena kamu pindahan dari luar negri?”
“Ah?? Bagaimana kamu bisa tahu??”
“Aku mengenal orang yang bernasib sama denganmu.”
###
*Moonah POV
Aku cukup senang mendapati hari pertamaku di sekolah ini begitu tenang. Pernyataan ini khususnya aku sampaikan karena hampir seharian ini aku tidak diganggu oleh saudara kembarku yang tidak berhenti mengoceh bahkan saat ada tsunami menerjang.
Sudah hampir seharian ini aku tidak melihat Sunah bahkan ia tidak ada di kelasnya. Aku sedikit kesal karena harus menunggunya untuk pulang kerumah, dan aku malas untuk mencarinya keseluruh penjuru  sekolah. Untuk menghemat waktuku yang sangat berharga ini, kuputuskan hanya mengiriminya pesan singkat dan memberi kabar bahwa aku ada di perpustakaan jika ia mau pulang bersama. Dan jika tidak, dia harus membalas pesanku karena aku sudah benar-benar mau pulang.
 Sunah tidak membalas sms dariku, dan itu berarti aku harus menunggunya disini lebih lama. Aku tidak terlalu suka berlama-lama di sekolah. Aku lebih suka menghabiskan waktuku dirumah dan mengerjakan tugas-tugasku.
Tapi pandanganku mulai berubah setelah menunggu Sunah selama satu jam di perpustakaan. Aku mulai merasa nyaman untuk berlama-lama disini. Perpustakaan sekolah ini memiliki koleksi buku-buku yang aku cari untuk semua tugasku. Selan itu aku dapat mengakses internet dari segala sudut sekolah ini. Itu salah satu informasi yang aku dapatkan dari teman sekelasku yang kemanapun ia pergi ditangannya selalu ada gatget.
Yang aku tahu namanya Ricky. Dan sekarang ia duduk di depanku sambil mengutak-atik handphone miliknya, sedangkan dihadapannya tertumpuk buku besar mengenai sejarah kerajaan korea.
Ricky bukan orang yang aneh, sepertinya dia hanya sedikit pendiam sama denganku. Dan tentunya dia suka dengan hal yang namanya membaca dan belajar. Aku harap aku bisa akrab dengan anak ini. Siapa tahu dia bisa membantuku di beberapa pelajaran yang masih belum aku kuasai.
Berbeda dengannya, pria yang sedari tadi juga duduk di depanku tak bergemin dari tidur panjangnya. Namanya Minsoo dan dia adalah hyungnya Ricky. Begitulah yang dikenalkan Ricky padaku sejam yang lalu. Aku bisa berkomentar kalau Minsoo ini adalah orang yang unik. Dia masuk ke perpustakaan menyapa Ricky, duduk disebelahnya lalu tertidur pulas sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Dan setelah itu dia hanya merubah posisi tidurnya beberapa kali. Orang yang lucu.
Aku menutup buku yang belum ada seperempat bagiannya aku baca. Aku mulai bosan. Perpustakaan ini tidaklah ramai, bahkan dapat dikatakan sepi.  Hanya ada lima orang diruangan yang sangat luas ini termasuk aku, Ricky, Minsoo dan petugas yang sedari tadi sibuk di balik meja di dekat pintu masuk. Setidaknya hanya itu yang dapat aku lihat, dan mungkin masih ada beberapa orang yang sedang mencari buku di balik rak-rak besar yang berderet-deret. Buku-buku yang memenuhi rak tersebut menyembunyikan siapa saja yang berada di disana.
Berbeda dengan suasana didalam perpustakaan. Diluar sepertinya sangatlah ramai. Sayup-sayup teriakan dan seruan terdengar hingga kedalam perpustakaan. Tidak terlalu jelas apa yang mereka hebohkan. Jadi dengan keingintahuanku aku bangun dari temat dudukku menuju jendela. Jedela-jendela kaca besar ini memasok cahaya untuk perpustakaan di siang hari, tapi di sore hari seperti ini sebagian jendela sudah tidak berfungsi dengan baik.
Diluar ada banyak sekali orang yang berkerumun d beberapa titik. Tepatnya beberapa lapangan yang dibagi berdasarkan fungsinya. Lapangan basket adalah tempat yang paling riuh. Dimanapun sama saja. Gadis-gadis mengidolakan pemain basket, pemain bola, lebih tepatnya pria yang atletis. Aku tak mengerti kenapa.
Sunah pernah menanyakannya padaku. Bagaimana pria yang aku idolakan. Aku hanya menjawab “Sepertinya sangat berbeda denganmu”.
Aish… Kenapa aku memikirkan hal itu? Lagi pula aku tidak begitu peduli dengan pria dengan pertanyaannya.
Aku memperhatikan kearah lapangan sepak bola. Aku sedikit tertarik dengan salah seorang yang sedang bermain disana. Dia sedang menggiring bola sendirian. Melewati beberapa orang yang berusaha menghalanginya. Hingga di depan gawang ia berhenti sejenak dan menendang bola dengan keras. Dan gol. Dia berbalik dan berlari ke arah orang-orang yang mungkin teman setimnya. Beberapa kali ia melakukan highfive dengan mereka.
Sejenak aku berfikir sepertinya aku mengenalnya. Dimana aku pernah melihat orang itu?
Ah…. Benar. Dia adalah teman sekelasku. Dia duduk tepat di depanku. Pantas saja aku merasa tidak asing. Dia adalah orang yang sangat ribut di kelas tadi. Aish.. menyebalkan.
“Moon!” Suara Sunah mengagetkanku. Membuyarkan semua lamunanku.
Sejak kapan anak ini berdiri di sampingku? Aku benar-benar tidak menyadarinya. Sama sekali hinggaia menepuk pundakku dan memanggil namaku seperti biasanya.
“Ah… Ne?” Tanyaku.
“Apa yang sedang kamu lihat?”
“Aniya…. Ayo kita pulang. Kakek meminta kita pulang sebelum pukul 7. Dan sekarang sudah jam berapa? Aish…. Dan kamu membuatku menunggu lebih dari satu jam tanpa membalas sms dariku.”
“Mian… Jangan marah padaku. Akan aku ceritakan alasannya dirumah.”
Aku kembali ke meja tadi dan merapikan barang-barangku. Memberi isyarat pada Ricky bahwa aku harus pulang sekarang juga. Aku hanya mendapat anggukan darinya. Setelah aku menggantungkan tasku di pundak, aku melihat ke arah Sunah yang masih melihat kearah luar melalui jendela tempatku melamun tadi. Ia tersenyum aneh.
“Sun.. Palli!”
“Ne… Ara.” Jawabnya sambil berlari ke arahku.
JDUUUKKK
Sunah tanpa sengaja menendang kursi tempatku duduk tadi. Kursi yang beradu dengan meja dan lantai membuat suara yang lumanyan keras. Seluruh mata menuju ke arah kami sekarang. Kami dengan serempak menundukkan kepala berkali-kali, meminta maaf karena membuat keributan.
“Aish…!!! Tidakkah ada tempat yang tenang?” Minsoo bangun dan mengumpat kesal. Kini ia duduk bersandar di kursinya. Dia melihat ke arah kami berdua dan langsung mengerutkan keningnya. “Sepertinya aku masih bermimpi. Bukankah tadi hanya ada satu? Kenapa sekarang jadi dua?” tanyanya polos.
Aku dan Sunah memasang tampang heran sedangkan Ricky hanya tertawa kecil mendengar apa yang baru saja dikatakan Hyungnya.
“Mereka kembar Hyung!” Jawab Ricky
”Oh…!” Minsoo mengangguk paham. “Jam berapa sekarang?”
“Enam tiga puluh” sahut Ricky. Mendengar jawaban adiknya Minsoo kembali menelungkupkan wajahnya di atas meja dibalik tangan kanannya. Ia berpesan pada Ricky untuk membangunkannya tiga puluh menit lagi.
Aku segera memberi isyarat kepada Sunah agar meminta maaf dan segera pergi. Sekali lagi aku berpamitan pada Ricky dan segera keluar meninggalkan mereka.
###
Pulang ke rumah dengan naik bus bukan pilihan yang tepat bila rumahmu jauh dari halte pemberhentian. Selain itu aku harus menunggu selama 15 menit karena ketinggalan bus. Aku terus saja mengeluh kesal selama perjalanan pulang. Lebih banyak saat aku harus berjalan menuju rumah. Aku bukan tipe orang yang senang berolahraga. Dan aku benci jalan ke rumahku yang penuh tanjakan. Kakiku akan sakit sekali saat tidur nanti.
Dengan terpaksa aku harus memenuhi permintaan Sunah untuk naik bus. Seharusnya kami meminta supir kakek untuk menjemput kami. Kakek juga menyuruh kami melakukan hal itu. Tapi Sunah memaksa agar kami nak bus saja. Dengan alasan konyol ia berhasil membujukku. Ia bilang kalau dia ingin merasakan pulang naik bus seperti drama yang selalu ia tonton.
Aku sangat bersyukur saat sampai dirumah. Dengan perjalanan yang panjang dan melelahkan ini aku tidak akan naik bus untuk pulang kecuali dalam keadaan terpaksa.
Kakek menyambut kami dengan beberapa pertanyaan. Tentang bagaimana hari pertama sekolah? Apa menyenangkan tinggal di Korea? Sudah mendapat teman? Dan masih banyak pertanyaan wajar lainnya. Sebagian pertanyaan hanya kami jawab dengan mengiayakannya. Kami rasa mengecewakan kakek dengan mengeluh bukanlah hal yang benar. Atau hanya aku saja yang berpikir seperti itu? Melihat ekspresi riang dari Sunah aku yakin cuma aku yang terus mengeluh.
Kami menaiki tangga menuju kamar kami masing-masing. Kamar sunah tepat di depan kamarku. Sebelah kanan setelah menaiki tangga, jadi aku berbalik ke arah kiri setelah menaiki anak tangga terakhir.
“Moon” Panggil Sunah tepat saat aku menggenggam gagang pintu.
“Hm….” Jawabku. Aku mengurungkan niatku untuk membuka pintu dan memilih mendengarkan apa yang Sunah akan katakana padaku.
“Aku rasa aku menyukai seseorang”
“Di hari pertamamu di sekolah?”
“Aku memang baru berkenalan dengannya. Tapi ini bukan pertama kalinya aku melihatnya.”
“So?” tanyaku mencoba terdengar tertarik.
Dia membuka pintu kamarnya. “Aku akan mengenalkannya padamu besok.” Katanya sebelum masuk ke kamar dan menutup pintunya.
Ini bukan pertama kali Sunah mengatakan bahwa ia menyukai seseorang. Sudah berkali-kali aku harus mendengar ceritanya tentang banyak pria yang ia katakana ia sukai. Sebagian dari mereka memang berhasil menjadi pacarnya. Tapi pada akhirnya ia akan menangis dikamarku semalaman sebelum esoknya berkata “Aku tidak akan jatuh cinta dengan mudah lagi.”
###

TBC

Miaan....!!!
Aku tahu tulisanku sama sekali ga bagus. Ini udah chapter 1 tapi berasa masih di prolog aja. Hick... T.T Maaf banget kalo ceritanya jelek banget. aku masih belum berpengalaman di bidang menulis. makanya pasti banyak bahasa yang aneh dan ga bisa dimengerti. Pasti banyak salah ketik dan penggunaan tanda baca yang salah.
ini memang bukan FF pertamaku. Yang terdahulu hilang sebelum aku punya blog. hehehe...
Karena aku yakin banget kalo banyak banget kesalahan dan keanehan dalam tulisanku. aku minta komentar pembaca buat meningkatkan kemampuanku... Sekalian saran buat kelanjutan FF ini. FF ini masih dalam proses jadi bakalan nunggu waktu buat lanjutannya.
Terakhir... thanks udah menyempatkan diri buat singgah di blog anehku dan baca tulisan aneh ini....